Klöcker Bros. mengorganisasi ulang produksi
Weseke (kus). Berakhirnya masa shuttles tenun di Weseke semakin mendekat. Setelah lebih dari 80 tahun, Klöcker Bros. menutup produksi shuttles yang dikenal dengan nama “kapal tenun”. Shuttles tenun merupakan bagian dari mesin tenun yang membawa benang dan bergerak dua arah dari satu sisi ke sisi yang lainnya. Perusahaan telah memproduksi sekitar 60.000 shuttles tenun per tahun.
“Kami akan menutup produksi shuttles tenun, bukan menutup perusahaan”, kata sang direktur, Dr. Christoph Schwemmlein menerangkan. Perusahaan akan direorganisasi. Fokus perusahaan akan menjadi desain peralatan dan konstruksi. Selain perusahaan-perusahaan tekstil, pelanggan di bidang otomotif dan sektor pengatur suhu udara juga akan dilayani. “Kami akan melepaskan diri dari fokus tunggal kami di sektor tekstil”, kata Schwemmlein. 50 pekerjaan di Weseke akan tetap terjamin. Dua persen pekerja di Weseke telah belajar pembuatan shuttles tenun secara profesional. Salah satu dari mereka akan dilatih kembali untuk bidang lainnya. Yang satu lagi sudah mendekati pensiun.
Situasinya berbeda pada SKD, anak perusahaan di Indonesia. Jumlah pegawai disana akan menurun, kata Schwemmlein. Ia tidak menjelaskan informasi lebih lanjut mengenai jumlah pegawai yang bekerja di SKD. Lokasi di Indonesia harus pindah karena adanya restrukturisasi produksi.
Schwemmlein menyebutkan dua alasan atas dilepaskannya produksi shuttles tenun. Di satu sisi, pembelian material kayu beech putih merupakan proses bisnis yang panjang. Di sisi lainnya, biaya listrik yang meningkat menambahkannya. Namun, perusahaan akan menyimpan satu shuttle tenun, yang menjadi satu-satunya pada logo perusahaan. Bagaimanapun, cerobong asap yang terletak di atas pabrik akan menghilang. Dalam hal renovasi, jalan pintas akan dibangun dari lokasi perusahaan ke lahan yang dibeli oleh perusahaan pada tahun 2010 dan akan digunakan oleh perusahaan di masa yang akan datang. “Tetapi sekarang kami akan membangun di Indonesia terlebih dahulu”, kata Schwemmlein.
Sumber: Koran harian “Borkener Zeitung”, 6 Maret 2012